Latest News

Friday, 20 October 2006

Kartun Kimia

Judul asli: The Cartoon Guide to Chemistry
Oleh: Larry Gonick & Craig Criddle
Penerjemah: Utti Setiawati
Penyunting: Andya Primanda

Bukan rahasia: waktu SMA dan TPB dulu, nilai Kimia saya tidak pernah bagus :( Tanya kenapa? Ya jelas, wong belajarnya tidak pernah sungguh-sungguh. Padahal Kimia adalah matapelajaran favorit Ibu saya ('duh, koq bisa???) dan teman-teman kost dulu ada yang dari jurusan Kimia dan Teknik Kimia. Maksud saya, koq orang lain sampai suka, tertarik, dan berminat mempelajari Kimia dan ilmu yang terkait dengannya? Sementara saya belajar Kimia karena memang kurikulumnya begitu, sekadar mengikuti persyaratan saja.

Mungkin akan lain ceritanya, kalau dulu sudah ada buku Kartun Kimia ini. Dengan buku ini, ilmu Kimia dijelaskan melalui teks dan grafis yang penuh humor. Pembahasan dibagi ke dalam 12 bab:
Bab 1 Bahan-Bahan Tersembunyi
Bab 2 Zat Menjadi Listrik
Bab 3 Kebersamaan
Bab 4 Reaksi Kimia
Bab 5 Kalor Reaksi
Bab 6 Zat Dalam Suatu Wujud
Bab 7 Larutan
Bab 8 Laju Reaksi Dan Kesetimbangan
Bab 9 Asam Basa
Bab 10 Termodinamika Kimia
Bab 11 Elektrokimia
Bab 12 Kimia Organik.

Dengan adanya gambar-gambar, pembaca lebih mudah memahami penjelasan yang diberikan. Tapi bisa jadi, itu karena atmosfer yang berbeda: sekarang membaca (belajar) ilmu kimia dengan minat (meskipun sedikit), sedangkan dulu belajar karena kewajiban. Atau karena sekarang tidak pakai ujian, sedangkan dulu karena harus menghadapi ulangan, midtest, ujian jadi dulu lebih stress belajarnya?

Yang jelas, setelah selesai membaca "kartun" ini, saya masih berpendapat bahwa ilmu Kimia adalah ilmu yang penting namun tetap sulit. Buku ini berperan untuk men'dekat'kan yang penting dan sulit tadi ke manusia-manusia berminat rendah (akan ilmu Kimia) seperti saya ini.

Wednesday, 18 October 2006

The Opposite of Fate [Lawan Dari Takdir]

Lawan Dari Takdir
Penulis: Amy Tan
Alih bahasa: Julanda Tantani

Di dalam Lawan Dari Takdir (terjemahan dari The Opposite of Fate), Amy Tan menceritakan kisah hidupnya yang sama memikat dengan cerita-cerita fiksinya. Dari kedua orang tua berasal dari Cina, Amy Tan lahir dan dibesarkan di Amerika dalam pengaruh budaya Cina, oleh ibu yang setiap kali mengancam hendak bunuh diri dan memiliki masa lalu yang termasuk kelam di Cina. Tetapi dasar tukang cerita, apa yang dilalui oleh Amy Tan dan keluarganya rasanya menjadi cerita yang seru, yang tidak semua orang memilikinya.

Di buku ini Amy Tan menyatakan bahwa dirinya adalah penulis Amerika dan merasa disalahpahami dengan Asia-Amerika-nya sehubungan dengan karya-karya fiksinya yang berlatar belakang budaya Cina. Kejadian 9/11 pun mempengaruhi Amy Tan sebagai orang Amerika. Di akhir buku, Amy Tan menceritakan dirinya yang terkena penyakit Lyme yang membuatnya berhalusinasi dan menjadi bingung jika serangan penyakit datang.

Mana yang lebih seru dari Amy Tan: cerita fiksi atau nonfiksi-nya? Sulit ditentukan. Yang jelas, keduanya sama-sama memikat.

Thursday, 7 September 2006

Dunia Sophie dan Alam Pikiran Yunani



Dunia Sophie (Judul Asli: Sofie's Verden)
Penulis: Jostein Gaarder
Penerjemah: Rahmani Astuti
Penyunting: Yuliani Liputo
Penerbit: Mizan, cetakan XIV: Oktober 2003 (cetakan I: Oktober 1996)

Alam Pikiran Yunani
Penulis: Mohammad Hatta
Penerbit: UI-Press dan Tintamas, cetakan gabungan ketiga: Oktober 1986 (cetakan gabungan pertama: 1980, cetakan I jilid I: 1941)

Pernah mendengar tentang Kierkegaard, Descartes, Kant, Socrates, Marcus Aurelius, Nietzsche, Heidegger, Sartre, Plato, Cicero, Aristoteles? Apa dan siapakah mereka? Bagaimanakah hubungan mereka satu sama lain? Jawabannya ada di Dunia Sophie karena Dunia Sophie menyediakan time line sejarah pemikiran filosofis manusia sejak jaman Yunani kuno hingga abad ke-20. Penyajiannya dikemas dengan gaya misteri sehingga ada rasa penasaran untuk terus mengikuti perkembangan pemikiran manusia dari zaman berkembangnya mitos-mitos sampai kepada zaman kemajuan ilmu pengetahuan saat ini yaitu dengan adanya pendapat mengenai Dentuman Besar.

Dari buku ini juga saya mengetahui adanya budaya Indo-Eropa dan budaya Semit. Indo-Eropa mencakup seluruh negara Eropa kecuali yang penduduknya berbicara dengan bahasa-bahasa Finno-Ugria (Lapp, Finlandia, Estonia, dan Hungaria). Kira-kira 4.000 tahun yang lalu, gelombang suku Indo-Eropa menjelajah ke tenggara menuju Iran dan India, ke barat daya menuju Yunani, Italia, dan Spanyol, ke barat menuju Prancis dan Inggris, ke barat laut menuju Skandinavia, dan ke utara menuju Eropa Timur dan Rusia. Kebudayaan Indo-Eropa dipengaruhi oleh kepercayaan kepada banyak dewa (politeisme). Ada nama dewa atau kata-kata dari berbagai tempat dengan budaya Indo-Eropa yang berasal dari akar kata yang sama. Misalnya, kata viten di Norwegia mempunyai akar yang sama dengan kata vidya di India, idea di Yunani, dan video dalam bahasa Latin.

Bangsa Semit berasal dari Jazirah Arab. Agama Yahudi, Kristen, dan Islam sama-sama berlatar belakang Semit. Ciri khas bangsa Semit adalah monoteisme. Agama Yahudi, Kristen, dan Islam mempunyai gagasan dasar yang sama bahwa hanya ada satu Tuhan.

Lalu, apa hubungannya Dunia Sophie dengan Alam Pikiran Yunani? Isi awal Dunia Sophie mengingatkan saya akan Alam Pikiran Yunani. Alam Pikiran Yunani menguraikan mengenai pertanyaan-pertanyaan atau pemikiran manusia pada zaman Yunani kuno yang berakhir pada masa Helenisme, yang juga dimuat di Dunia Sophie. Alam Pikiran Yunani yang disusun oleh Mohammad Hatta, salah seorang proklamator RI, bermula dari bahan pemberian 'kuliah' oleh Bung Hatta kepada penduduk (orang buangan juga?) ketika dalam pembuangan di Boven Digul, Papua. Jilid I terbit tahun 1941. Sedangkan jilid II baru terbit tahun ..... 1949! dan jilid III tahun 1968.

Mengagumkan! Para founding fathers, meskipun berada di pembuangan Boven Digul tahun 1940-an (bagaimana ya kondisinya????) masih bersemangat untuk belajar dan memberi pelajaran. Filsafat pula!!! Kemudian yang jilid II, di tengah-tengah perjuangan menegakkan kedaulatan negara yang baru merdeka, di tengah-tengah menjabat Wakil Presiden, setelah menerima buku-bukunya dari Banda Neira, Bung Hatta menyiapkan jilid II yang terputus dengan Aksi Militer Belanda II. Dan jilid III disiapkan hampir 20 tahun kemudian.

Dunia Sophie membuat kita mengenal usaha manusia yang tidak putus-putusnya mencari jawaban akan pertanyaan-pertanyaan filosofis manusia. Alam Pikiran Yunani, meskipun memuat hanya sebagian sejarah pemikiran manusia, namun memberikan keteladanan dari Bapak Bangsa Mohammad Hatta yang terus menerus belajar dan memberikan pelajaran.

Sunday, 3 September 2006

Sudjojono dan Aku


Penulis: Mia Bustam
Penyunting: Hersri Setiawan, Tedjabayu
Penerbit: Pustaka Utan Kayu, 2006

Mia Bustam adalah mantan istri Sindudarsono Sudjojono (S. Sudjojono), salah seorang pelukis terkenal Indonesia. Buku Sudjojono dan Aku dimulai sejak pertemuan pertama antara Sudjojono dan Mia Bustam pada tahun 1941 dan diakhiri dengan terbitnya surat talak dan terkirimnya Surat Pindah Sudjojono dari Yogya ke Jakarta sekitar tahun 1958. Cerita yang berawal bahagia dan berakhir duka. Pasangan Sudjojono dan Mia dikaruniai 8 orang anak, sepasang di antaranya kembar.

Kisah cinta dan kehidupan perkawinan Sudjojono dan Mia berlatar belakang perang kemerdekaan dan tahun-tahun awal berdirinya Republik Indonesia serta kehidupan seniman di masa itu yang akrab dengan Bung Karno. Bung Karno adalah seorang pemerhati seni dan bergaul erat dengan para seniman. Kehidupan seniman dan masyarakat Pulau Jawa di masa itu digambarkan dengan sangat baik oleh Mia Bustam, seperti harus tinggal berpindah-pindah dengan kondisi seadanya, kondisi kota ketika terjadi perang, kejamnya penjajah, hubungan dengan keluarga-keluarga lain yang tinggal di tempat yang sama, hubungan kekeluargaan antar seniman, kehidupan politik, serta kiprah Sudjojono berjuang melalui seni lukis (melakukan propaganda) sampai Sudjojono menjadi anggota DPR dari PKI. Sudah tentu diceritakan kisah keluarga Sudjojono dan Mia dengan anak-anak yang lahir susul menyusul. Kisah yang diceritakan pun cukup rinci.

Saya tidak mengenal Sudjojono (memang kenal pelukis-pelukis lain? hehe.. tidak juga..!), dalam arti tidak mengenal lukisan-lukisannya dan segala sesuatu tentangnya. Pengetahuan mengenai Affandi misalnya, masih agak lumayan, karena saya pernah ke Museum Affandi di Yogyakarta dan melihat lukisan-lukisannya ketika muda semasa mengembara di Eropa dan ketika tuanya. Tapi Sudjojono? Seperti apa si lukisan-lukisannya?

Bahwa Sudjojono memilih PKI mungkin karena Sudjojono menganggap diri sebagai wong cilik dan berasosiasi dengan gambar 'palu arit' sebagai alat kerja wong cilik. Sampai-sampai Sudjojono memprovokasi Ibundanya untuk memilih gambar 'palu arit' tersebut ketika Pemilu I tahun 1955. Sudjojono sering mentest apakah ibunya sudah 'benar' memilih dan Ibundanya pun sering memilih gambar 'cangkul' yang merupakan lambang Partai Rakyat Nasional. Di mata ibunya 'cangkul' adalah juga alat kerja wong cilik. Dari cerita ini, saya jadi menduga, jangan-jangan begitu banyak orang Indonesia memilih 'palu arit' hanya karena asosiasinya dengan wong cilik, bukan karena tertarik dengan ideologinya atau program-programnya. Tapi ini dugaan yang belum tentu benar, dan sudah di luar konteks buku Sudjojono dan Aku. Akhirnya, Sudjojono dipecat dari PKI dan ditarik dari keanggotaan di DPR.

Mia Bustam sebagai istri seorang pelukis tergambarkan sebagai seorang istri yang mencoba memahami suami dan dunia lukisnya, antara lain dengan ketenangannya jika Sudjojono melukis perempuan lain atau perempuan telanjang. Tetapi menurut saya (berdasarkan kisah di dalam buku ini), Mia Bustam adalah seorang yang realistis meskipun realita yang dihadapinya sangat mengecewakan dan menyedihkan.

Buku ini dilengkapi dengan tulisan anak-anak Sudjojono dan Mia, minus si kembar. Setiap anak memiliki pengalaman, kesan, dan ekspresi sendiri, yang juga menarik.

Kalau ada kekurangan dari buku ini adalah tidak adanya foto dari lukisan-lukisan yang diceritakan, seperti lukisan "Sayang Aku Bukan Anjing", "Mengungsi", atau "Sekko". Alangkah baiknya jika foto-foto lukisan tersebut disertakan di dalam buku sehingga menyerupai illustrated edition. Buku ini tidak hanya memberikan pelajaran bagi kehidupan perkawinan pada umumnya, tetapi juga mengingatkan sedikit mengenai sejarah seni rupa Indonesia.

Harapan lain setelah membaca buku ini adalah terbitnya buku sejarah seni rupa Indonesia sehingga bangsa Indonesia semakin mengenal seniman-senimannya dan karya-karyanya.

Monday, 24 July 2006

Life of Pi


Penulis: Yann Martel
(Yann Martel lahir di Spanyol tahun 1963 dari orang tua Canada. Buku 'Life of Pi' terbit tahun 2001)

Piscine Molitor Patel, atau dipanggil Pi, adalah anak India. Sejarah namanya yang berasal dari kolam renang di Paris diceritakan di bab tersendiri. Ayah Pi memiliki kebun binatang di Pondicherry, India dan ketika Pi berusia 16 tahun, keluarganya akan hijrah ke Kanada. Ternyata, kapal yang ditumpangi Pi dan keluarga, kapal Jepang berbendera Panama, tenggelam di Samudera Pasifik.

Cerita kemudian dilanjutkan dengan pengalaman Pi di perahu ... (apa istilahnya ya?) bersama seekor harimau, yaitu upaya Pi menundukkan hewan tersebut agar tidak dimangsa. Pi dan Richard Parker--harimau tersebut-- akhirnya mendarat di Mexico. Bagian terakhir menceritakan Pi diwawancara oleh wakil dari Kementerian Transportasi Jepang. Dan ternyata, ada versi lain dari cerita Pi dan Richard Parker, zebra dan hyena (hewan-hewan yang dimangsa oleh Richard Parker).

Sebenarnya cerita Life of Pi ini berpotensi seru dan aneh. Bagaimana Pi besar di lingkungan kebun binatang di India, bagaimana Pi berkenalan dan menjalankan Hindu, Kristen, dan Islam sekaligus, adalah suatu kondisi yang tidak umum. Apalagi pengalaman terapung di tengah laut ditemani harimau Benggala, adalah pengalaman yang luar biasa dan mestinya meningkatkan intensitas 'religiositas' Pi. Tetapi momen religius ini tidak muncul dan yang ada malah kebosanan membaca. Sungguh, pengalaman Pi di tengah laut bersama harimau Benggala adalah bagian yang justru paling membosankan dari buku ini. Life of Pi lebih menarik ketika Pi berada di daratan India, Mexico, dan Canada, dan bukan ketika terapung-apung di lautan Pasifik.

Monday, 17 July 2006

The Internet Classics Archive

The Internet Classics Archive memuat karya-karya yang benar-benar klasik-sik; semuanya dalam terjemahan bahasa Inggris. Terdapat 441 karya dari 59 penulis, sebagian besar dari Yunani-Romawi, serta dari Cina dan Persia. Karya-karya Yunani-Romawi terrentang dari masa sebelum Masehi sampai dengan abad ke-4 Masehi (B.C.E before the Common Era / before the Christian Era; A.C.E after the Common Era?). Karya-karya Cina ditulis oleh Confusius, Lao-tsu, dan Sun Tzu pada masa sebelum Masehi. Sedangkan karya Persia berasal dari Ferdowsi, Omar Khayyam, dan Sa'di pada abad ke-10 sampai ke-12 Masehi. Daftar karya klasik tersebut dapat dilihat di sini.

Dari daftar tersebut, hanya The Art of War-nya Sun Tzu yang pernah dibaca, dalam terjemahan bahasa Indonesia Falsafah Perang Sun Tzu, dengan penerjemah Ir. Indra Widjaya, penerbit Pustaka Jaya, 1989. Buku lain, The Odyssey dari Homer, terjemahan T.E. Lawrence (bukan Samuel Butler seperti di situs Classics ini), hanya menjadi hiasan rak buku belaka. Sulit, banyak kata yang belum masuk vocabulary saya :( O ya, saya pernah membaca sebagian dari Gulistan-nya Sa'di, yaitu buku Saat Untuk Bicara, dengan penerjemah Drs. Hazil Tanzil, penyunting dan catatan kaki Syu'bah Asa, penerbit Pustaka Firdaus, 1984.

Untunglah ada situs Classics ini. Saya menemukan Gulistan (Taman Mawar) Sa'di yang mudah-mudahan utuh, melengkapi buku Saat Untuk Bicara. Karya Sa'di lainnya, Bustan (Kebun Buah)--tidak (belum?) ada di situs Classics--, yang juga menarik, sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Abdul Kadir Audah dan disunting oleh Abdul Hadi W.M, dan diterbitkan oleh Litera Antarnusa, 1986. Sudah lama memang. Tapi, masih menarik (dan perlu) untuk dibaca. Karya-karya klasik memang karya untuk dibaca lagi, lagi, dan lagi.

Saturday, 24 June 2006

The Notebooks of Leonardo Da Vinci

penulis: Leonardo Da Vinci, 1452-1519
penerjemah: Jean Paul Richter, 1847-1937

Posting kali ini berbeda karena saya belum pernah membaca The Notebooks of Leonardo Da Vinci. Jadi posting ini bukanlah suatu review dari buku yang sudah dibaca. Kebetulan ketika sedang browsing internet kemarin, sampailah saya pada situs web yang memungkinkan membaca The Notebooks of Leonardo Da Vinci melalui RSS mulai dari halaman 1, yaitu http://interconnected.org/home/more/davinci/index.html. Situs ini juga menyediakan link (tautan?) ke kata pengantar dari penerjemah dan daftar isi Volume I.

The Notebooks of Leonardo Da Vinci disediakan oleh Project Gutenberg dan bahka bisa di- download (diunduh?) secara gratis. The Notebooks of Leonardo Da Vinci sendiri adalah e-book yang terbanyak di-download dari Project Gutenberg dalam sebulan ini (informasi yang tersedia hanya untuk 7 hari dan 30 hari terakhir).

Sebagaimana diketahui, Leonardo Da Vinci adalah seorang pelukis, pengamat dan pemikir art, science, dan teknik. Minatnya terbentang luas mulai dari manusia, cahaya (mungkin berkaitan dengan LDV yang pelukis), arus air, dan lainnya. Beberapa abad yang lalu, LDV sudah memikirkan pembuatan helikopter, hang glider, tank, dan peralatan lainnya, yang baru terwujud pada abad ke-20!

Sepanjang hidupnya, LDV menuliskan catatan-catatannya. Setelah kematiannya, catatan ini tersebar di teman-temannya dan akhirnya berada di museum Louvre di Prancis, serta perpustakaan di Spanyol, Itali, dan Inggris. Bill Gates memiliki The Codex Leicester, yaitu koleksi catatan science LDV dalam tulisan tangan, yang pernah dimiliki oleh Thomas Coke, Earl of Leicester yang pertama.

The Notebooks of Leonardo Da Vinci terdiri dari 1.565 halaman. Adanya RSS dari The Notebooks of Leonardo Da Vinci memungkinkan kita membacanya sesuai dengan posting terbaru, halaman per halaman. Untungnya browser Safari dari Apple mendukung RSS (lihat Safari RSS). Dengan mem-bookmark RSS-nya, browser akan memberi tahu setiap ada posting-an halaman baru. Oh ya, jika ingin membaca The Notebooks of Leonardo Da Vinci dengan menggunakan RSS mulai dari halaman 1 bisa meng-klik http://interconnected.org/home/more/davinci/2006-06-23.rss. Selamat membaca! ?

Wednesday, 7 June 2006

My Life, Volume I: The Early Years

Penulis: Bill Clinton

Buku My Life, Volume I: The Early Years adalah bagian awal dari otobiografi Bill Clinton, mantan Presiden Amerika Serikat periode 1993-2001. Buku ini dilanjutkan dengan buku My Life, Volume II: The Presidential Years. Edisi hardcover-nya sudah terbit sejak tahun 2004, sedangkan edisi yang terpisah ini baru ada pada Mei 2005. Cerita mengapa saya sampai beli edisi yang terpisah ini bisa dibaca di blog Writing from My Desk (tanggal 12 September 2005). Hampir setahun saya membaca buku ini, setelah "diganggu" pekerjaan yang menumpuk dan diselingi dengan membaca buku-buku lain.

The Early Years menceritakan latar belakang keluarga Bill Clinton, masa kecil dan masa sekolahnya, kuliah, dan kembali ke Arkansas memasuki dunia politik. Bill Clinton lahir di Hope, Arkansas, kemudian setelah Bill kelas 1 SD, keluarganya pindah ke Hot Springs, masih di Arkansas juga. Bill Clinton kuliah di Georgetown University; mendapat Rhodes Scholarship ke Oxford University, dan belajar hukum di Yale University. Di Yale inilah Bill Clinton bertemu dengan Hillary Rodham, salah seorang aktivis mahasiswa di Yale. Bill Clinton menjadi Gubernur Arkansas dalam 2 periode tetapi tidak berturut-turut. Didampingi Senator dari Tennessee Albert Gore Jr. Bill Clinton memasuki pertarungan pemilihan Presiden AS, berhadapan dengan George Bush dari Partai Republik dan Ross Perot. Clinton berhasil terpilih menjadi Presiden AS.

Ketika kuliah di Georgetown University di Washington, Bill Clinton bekerja paruh waktu di the foreign Relations Committee di bawah senator Fullbright. Tugasnya mengantar memo dan bahan-bahan lain bolak-balik dari Capitol ke kantor Senator Fullbright. Bill Clinton juga membuat kliping artikel-artikel penting dari suratkabar (6 suratkabar!) untuk dibaca para staf dan senator untuk pembuatan pidato dan bahan-bahan lain.

Bill Clinton memang suka membaca. Ketika libur musim dingin (winter) di Oxford University, selama sebulan lebih Bill Clinton pergi ke Eropa Utara dan Rusia. Dan salah satu yang dibawa adalah tas berisi buku-buku. Sesampainya di perbatasan Rusia, penjaga perbatasan bertanya mengenai dirty books dan kecewa ketika Bill Clinton malah mengeluarkan buku-buku novel Tolstoy, Dostoevsky, dan Turgenev.

Satu hal lagi yang menjadikan Bill Clinton dua kali sebagai Gubernur Arkansas dan menjabat dua periode kepresidenan AS, adalah rajinnya Bill Clinton mencari pendukung, berkunjung ke berbagai pelosok Arkansas (sebelum menjadi Gubernur) dan ke pelosok AS. Kunjungan itu bermanfaat untuk memperluas jaringan dan digunakan Bill Clinton untuk mendengar masalah-masalah yang dihadapi serta harapan dari penduduk setempat.

Terkesan bahwa Bill Clinton memang benar-benar berpikir dan bertindak untuk kemajuan negara bagiannya dan negerinya. Menurut Clinton, jawaban dari masalah pengangguran dan kemiskinan adalah sekolah, pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa, dan pekerjaan. Dan Bill Clinton tampak bersungguh-sungguh berusaha untuk meningkatkan pendidikan dan membuka lapangan pekerjaan.

Buku ini tidak melulu bercerita tentang pekerjaan Clinton, tetapi juga masalah-masalah keluarga yang ada, termasuk masalah yang dihadapi keluarga besar seperti sakitnya orang tua dan sebagainya sehingga terlihat bahwa 'Presiden juga manusia'. Buku ini juga menceritakan hubungan pribadi Clinton dengan teman-temannya, staf di kantor, perannya sebagai ayah dan suami, kesenangannya akan musik (Clinton bisa main saxophone).

Setiap orang yang berniat untuk menjadi kepala pemerintahan atau pemimpin negara/daerah sebaiknya membaca buku yang inspiratif ini.

Friday, 2 June 2006

Norwegian Wood

Judul asli: Noruwei no Mori
Penulis: Haruki Murakami, 1987
Penerjemah: Jonjon Johana
Penyunting: Yul Hamiyati
Cetakan Pertama, Juli 2005

Instrumentalia Norwegian Wood The Beatles yang terdengar ketika pesawat Boeing 747 mendarat di Bandara Hamburg, mengingatkan Watanabe Toru (37 tahun) akan kisahnya ketika kuliah di Tokyo 18 tahun yang lalu. Kilas balik ini dimulai dengan pertemuan dengan Naoko, pacar dari Kizuki--teman SMA Watanabe yang bunuh diri. Watanabe, Kizuki, dan Naoko sama-sama berasal dari Kobe. Watanabe dan Naoko kemudian melanjutkan kuliah di Tokyo di universitas yang berbeda. Kemudian cerita mengalir ke kehidupan Watanabe di asrama, pertemanannya dengan Nagasawa-san yang membawanya dengan mudah berhubungan dengan perempuan-perempuan, pertemanannya dengan Midori--teman kuliah drama, serta hubungan dengan Naoko.

Haruki Murakami dengan lancar menuturkan kisahnya, cermat mengamati reaksi-reaksi orang dan menceritakannya, dan sabar memberi ilustrasi yang hidup pada kondisi lahir dan batin para tokoh dan keadaan di sekitarnya. Membaca Norwegian Wood adalah juga membaca jiwa orang muda Jepang di tahun 1969-1970-an dalam suasana yang sering-seringnya muram.

Saturday, 20 May 2006

Confessions of an Economic Hit Man [Edisi Indonesia]

Penulis: John Perkins
Penerjemah: Herman Tirtaatmaja dan Dwi Karyani
Editor: Michael AR Tosin

Confessions of an Economic Hit Man diterbitkan pertama kali di US tahun 2004 dan terjemahan bahasa Indonesia-nya (Pengakuan Seorang Ekonom Perusak) diterbitkan tahun 2005. Buku ini menceritakan pengalaman John Perkins sebagai seorang economic hit man atau e.h.m--istilah yang diberikannya sendiri--, yaitu profesional yang dibayar sangat tinggi untuk berlaku tidak jujur di berbagai negara di dunia sehingga pada akhirnya sumberdaya negara tersebut mengalir ke US. Tepatnya, US menciptakan kondisi agar negara-negara berkembang (less developed countries)--istilahnya di tahun 1970/80-an-- berhutang dalam jumlah yang tidak mampu dibayar kembali, dan sebagian besar hutang tersebut sebenarnya akan kembali ke US dalam bentuk kontrak-kontrak pekerjaan untuk kontraktor-kotraktor dan konsultan US.

E.h.m yang pertama adalah Kermit Roosevelt yang terlibat penggulingan pemerintahan di Iran di tahun 1950-an. Masalahnya adalah Roosevelt adalah agen CIA, seorang pegawai pemerintah. Jika ia tertangkap, akan memalukan bagi US. Oleh karena itu CIA dan NSA merekrut orang-orang seperti John Perkins sebagai e.h.m.

Begitulah, John Perkins kemudian direkrut oleh National Security Agency (NSA) dan bekerja di perusahaan konsultan Chas. T. Main, Inc. Penugasan pertamanya adalah di Indonesia dalam pengembangan sistem kelistrikan Pulau Jawa. Tahun 1971 Perkins tiba di Indonesia (tahun ini saya di kelas 4 SD). Perkins diminta untuk membuat proyeksi ekonomi yang menggelembung--dengan dalih keajaiban pertumbuhan ekonomi--, yang dipakai untuk memprediksi kebutuhan energi dan kapasitas di Pulau Jawa 25 tahun ke depan. Selanjutnya, untuk membiayai pembangunan infrastruktur tersebut, negara diarahkan untuk meminjam dari US, yang sebenarnya akan kembali lagi ke US dalam bentuk pekerjaan-pekerjaan untuk perusahaan-perusahaan engineering, kontraktor, dan konsultan. Dalihnya adalah untuk memperbaiki kehidupan rakyat Indonesia, tetapi alasan sebenarnya adalah demi kebijakan luar negeri dan kepentingan perusahaan Amerika Serikat. Suatu istilah yang disebut Perkins sebagai corporatocracy dengan pilar-pilarnya adalah korporasi besar, bank internasional, dan pemerintah [US]. Setelah di Indonesia, Perkins bertugas di beberapa negara berkembang lainnya, antara lain Panama, Kolombia, dan Saudi Arabia.

Sukseskah pekerjaan e.h.m? Tentu sukses, meskipun ada kegagalan seperti di Irak (sehingga harus dilakukan intervensi militer) dan Venezuela. Negara-negara yang diberi pinjaman sudah berhutang sedemikian besar sehingga dapat mudah ditekan, terutama untuk memenuhi kebutuhan Amerika Serikat akan minyak. Jangan lupa sekitar tahun 1970-an, ketika Perkins ke Indonesia, juga masih kuat ancaman komunis di wilayah Asia Tenggara. Komunis sudah sampai di Kamboja dan Vietnam, dan sangat dikhawatirkan adanya efek domino kalau-kalau negara-negara tetangga turut jatuh ke tangan komunis--meskipun Indonesia dianggap sukses menggagalkan komunis di tahun 1965--. Juga ketika di tahun 1973 OPEC melakukan embargo minyak, Amerika Serikat sangat terpukul sehingga diperlukan upaya agar embargo seperti ini tidak terjadi lagi.

Peristiwa 11 September 2001 (9/11) lah yang menguatkan kegelisahan Perkins akibat kebijakan luar negeri Amerika Serikat selama ini, yaitu ketamakan Amerika Serikat mengembangkan perekonomiannya dengan 'mengorbankan' negara-negara berkembang. Amerika Serikat menerima akibatnya dalam bentuk serangan 9/11 tadi.

35 tahun sejak Perkins menjejakkan langkahnya di Indonesia, bagaimanakah kondisi Indonesia? Ternyata Indonesia masih belum terbebas dari hutang. Di dalam RAPBN 2006, terdapat defisit anggaran sebesar Rp 19,8 triliun dan pembayaran pokok utang dalam dan luar negeri masing-masing sebesar Rp 31,4 triliun dan Rp 60,4 triliun (total Rp 91,8 triliun). Sumber pembiayaan meliputi dalam negeri (perbankan dan non-perbankan) sebesar Rp 81,7 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar Rp 29,9 triliun. (Sumber: Nota Keuangan dan RAPBN Tahun Anggaran 2006) Jadinya seperti tutup lubang, gali lubang.

Dengan bencana tsunami yang melanda Aceh dan Nias dan berbagai kebutuhan pembangunan di Indonesia, bisakah Indonesia terbebas dari hutang? Bisakah Indonesia tidak membuat hutang-hutang baru? Bisakah hutang-hutang yang dibuat ini digunakan secara produktif sehingga menghasilkan devisa negara yang lebih besar untuk dapat menutup hutang-hutang tadi? Bagaimana caranya ya?

Wednesday, 26 April 2006

Filosofi Kopi - Kumpulan Cerita Dan Prosa Satu Dekade 1995-2005

Author: Dee aka Dewi Lestari
Date Read: a few days ago

Filosofi Kopi adalah salah satu judul cerita yang dijadikan judul buku ini. Keseluruhannya ada 18 cerita dan prosa yang ditulis Dewi Lestari dalam kurun waktu 1995-2005.

Membaca Filosofi Kopi adalah seperti menikmati berbagai ramuan kopi: kopi tubruk, kopi pahit bersalut rasa manis, capuccino, kopi Vietnam, Mexican Coffee, caffe� latte, double espresso, dan macam-macam variasi lainnya. Dan semuanya NIKMAT! Kadang-kadang cangkir kecil double espresso yang sudah habis ingin dihirup kembali sehingga cangkir tersebut diisi lagi dan kita pun menghirupnya sekali lagi. Begitulah, beberapa prosa dibaca ulang untuk diresapi dan dinikmati kembali. Kita meneguk kopi sesesap demi sesesap untuk merasakan nikmatnya, dalam panas yang pas, dalam berbagai ramuan yang tepat. Dan apabila kita telah menyudahi hidangan berbagai ramuan kopi tadi, kita hanya bisa berucap lega dari anak lidah, 'aaahhh'.

Saturday, 22 April 2006

Jalan Raya Pos, Jalan Daendels

Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Tanggal Baca: minggu lalu

Seperti judulnya, Jalan Raya Pos, Jalan Daendels berawal dari jalan raya yang membentang dari Anyer di Banten sampai Panarukan di Jawa Timur sepanjang 1.000 km yang dibangun semasa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Mr. Herman Willem Daendels. Jalan tersebut rampung dan dipergunakan pada tahun 1809. Sedangkan pemerintahan Daendels sendiri berlangsung selama tahun 1808-1811.

Sebenarnya pembangunan jalan tersebut bukanlah sepenuhnya pembangunan baru; sebagian besar jalan tersebut sudah ada sebelumnya. Peningkatan jalan yang sudah ada dengan melebarkannya menjadi 7 m memudahkan pergerakan di sepanjang jalan tersebut. Dikabarkan bahwa Daendels, yang mendarat di Anyer, menempuh Anyer-Batavia dalam waktu 4 hari. Setelah diperkeras dan diperlebar jarak tersebut bisa ditempuh dalam waktu 1 hari. Hal ini berkaitan dengan tugas Daendels untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Waktu itu, Perancis--yang sedang menguasai Belanda-- berperang melawan Persekutuan Eropa.

Mengenal watak orang Belanda yang tidak membuang-buang uang, Daendels mengajukan biaya perbaikan sistem jalan di Jawa, yang digunakannya untuk memperbaiki jalan Cisarua-Karangsembung. Biaya pembangunan selebihnya dibebankan kepada kepala pemerintahan setempat (Bupati, Residen, dan lain-lain), yaitu dengan menyediakan tenaga kerja dan bahan bangunan. Di sinilah diberitakan banyak kepala pemerintahan yang protes, pekerja yang tidak kuat karena medan yang berat dan makanan yang tidak cukup, serta penyakit malaria. Sangat banyak para pekerja rodi yang tewas sehingga Pram menyebutnya sebagai genoside!

Pram kemudian menceritakan kota-kota di sepanjang Jalan Raya Pos tersebut dari Anyer sampai Panarukan, sejarahnya dan kondisi pemerintahan setempat dan pekerja rodi selama pembangunan berlangsung, dibumbui dengan pengalaman Pram di suatu kota tertentu. Uraian mengenai Jalan Daendels dan kota-kota yang dihubungkannya, dilengkapi dengan uraian mengenai Daendels (1762-1818) yang ditulis oleh Koesalah Soebagyo Toer.

Buku ini diselesaikan Pram pada bulan April 1995 dan diterbitkan pada tahun 2005 (Cetakan I: Oktober 2005 dan Cetakan II: Desember 2005). Yang agak mengganggu adalah masih disebutnya Depok sebagai kotif atau pada beberapa kota masih disebut sebagai kodya, padahal sekarang istilah tersebut sudah tidak berlaku dan digantikan dengan sebutan 'Kota'. Di beberapa kota, Pram menyebutkan data statistik tahun 1980-an seperti misalnya data luas lahan atau data produksi. Sebaiknya data tahun 1980-an tersebut (kondisi 20-an tahun yang lalu) diperbarui paling tidak dengan data tahun 2000-an. Sejak krisis moneter melanda di tahun 1997-1998, banyak perubahan yang terjadi di Indonesia. Angka-angka produksi yang disebutkan mungkin sudah berbeda dari sebelumnya (tahun 1980-an dan 1990-an). Lebih-lebih karena buku ini diterbitkan tahun 2005, diperkirakan masih ada waktu untuk meng-update data.

Pramoedya Ananta Toer pantas kalau menyebut dirinya seorang 'Penulis' karena memang hasil tulisannya sangat banyak. Penulis yang produktif yang mungkin diikuti oleh Arswendo Atmowiloto (sebelum Arswendo tersandung kasus tabloid di tahun 1980-an). Bahkan pada masa 'dibungkam' pun, Pram masih produktif. Jalan Raya Pos, Jalan Daendels adalah bukti bahwa Pram masih berproduksi di masa senjanya. Karya yang berdasarkan riset dan menambah pengetahuan generasi sekarang mengenai sepenggal jaman di Indonesia dengan pengorbanan rakyat di dalamnya.

Sunday, 16 April 2006

Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber


Penulis: Onno W. Purbo
Tanggal Baca: minggu lalu

Buku Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber diterbitkan Penerbit Republika di awal tahun 2003. Onno Purbo menyoroti infrastruktur internet, kemudahan yang diberikannya (seperti bisa bekerja tanpa kantor atau di SOHO), aktivitas komunitas Indonesia di dunia cyber (mailing list di yahoogroups), konsekuensi (atau pengaruh) internet dalam proses pendidikan dan dalam kehidupan bernegara, serta dunia hacker (atau cracker?).

Aktivitas milis yang diteliti Onno Purbo adalah milis komunitas Indonesia di tahun 2002. Tentu saja waktu itu baru ada e-groups yang kemudian menjadi Yahoo!groups, dan belum ada Google Groups. Dengan adanya milis, orang jadi bisa berdiskusi, bertanya dan menjawab tentang sesuatu. Memberikan ilmu lewat internet sama artinya dengan beramal. Dan semakin banyak memberikan ilmu, semakin banyak beramal, insya Allah akan mendatangkan rizki dan pahala.

Dengan biaya internet yang murah, pelajar bisa ikut milis, berdiskusi, menimba ilmu. Internet juga memungkinkan adanya e-learning dan digital library, tempat menimba ilmu juga. Onno selalu mendorong 'santri'-nya (di dunia cyber dan mahasiswa-mahasiswanya) untuk menjadi produsen pengetahuan, karena dengan demikian akan menjadikan seseorang meng-konsumsi pengetahuan secara baik, menyebarkannya ke masyarakat, dan aktif berinteraksi.

Onno juga menyinggung mengenai kemungkinan bekerja di SOHO. Kekhawatiran yang muncul mungkin tidak adanya penghasilan tetap per bulan, tidak ada jabatan, atau tidak mewakili suatu perusahaan. Tetapi dengan keaktifan di dalam diskusi-diskusi di milis, masyarakat akan mengenal dan mengakui sehingga Onno sering diundang ke seminar-seminar di dalam dan luar negeri.

Dalam kehidupan bernegara, internet memungkinkan adanya Dewan Rakyat atau Majelis Rakyat, tanpa "Perwakilan". Rakyat bisa langsung menyuarakan aspirasi atau pilihannya tanpa perlu wakil-wakil. Onno juga menyinggung mengenai hacker yang tidak akan merusak suatu website, tetapi malah akan memberi masukan mengenai celah-celah keamanan suatu situs.

Filosofi dunia cyber sebenarnya sama saja dengan dunia nyata. Di dunia cyber perlu sopan santun. Siapa yang lebih berilmu dan bermurah hati menyebarkan pengetahuan akan dihormati; siapa yang membuat kerusakan akah dihujat. Yang berbeda adalah: di dunia cyber, pangkat, jabatan, kedudukan, (mungkin juga: usia), tidak memiliki pengaruh. Asalkan seseorang berilmu pengetahuan dan berbuat baik (beramal), maka ia akan terpandang.

Kembali kepada ajakan Onno Purbo untuk menjadi produsen pengetahuan, mengingatkan saya kepada satu buku berjudul The Knowledge-Creating Company oleh Ikujiro Nonaka dan Hirotaka Takeuchi (1995). Salah satu rahasia suksesnya perusahaan-perusahaan Jepang adalah karena mereka terus menerus menciptakan pengetahuan. Cocok dengan ajakan Onno. Kapan-kapan akan saya ulas(?) mengenai buku The Knowledge-Creating Company ini. Mesti scanning dulu karena sudah banyak yang lupa. Dulu uztad di masjid Al-Falah, Bendungan Hilir, Jakarta, mengingatkan kalau belajar sesuatu (waktu itu pernah belajar tajwid dan takhsin sebentar..) supaya bertujuan untuk nanti diajarkan kembali ke orang lain (yang sayang sekali belum dipraktekkan ?). Saya kira ini masih senafas dengan "produsen pengetahuan" tadi. Menjadi "produsen pengetahuan" adalah beribadah.

Wednesday, 12 April 2006

A Book Lover's Journal

A Book Lover's Journal
Buku A Book Lover's Journal (cetakan ke-7, April 1991) sudah lama saya beli, di Gramedia tahun 1993. Waktu itu saya beli dalam keadaan di-diskon. Sayang harga diskonnya sudah terhapus, tapi harga asli masih ada, yaitu Rp 32.050. Cukup mahal untuk ukuran tahun 1993. Padahal harga yang tercetak di buku (harga US) adalah $9.95. Dengan kurs US$ sekitar Rp 2.000 harga buku itu sebenarnya kurang dari Rp 20.000. Seingat saya, buku ini dibeli dengan harga Rp 9.000-an, masih terjangkaulah pada waktu itu. Sekarang harga buku ini adalah US$ 0.42 (barusan cek harga di amazon) dan ternyata sudah ada sejak Oktober 1986.

Sesuai dengan judulnya, buku ini menyediakan halaman-halaman kosong untuk mencatat buku-buku yang pernah dibaca. Sudah disediakan baris-baris "Title", "Author", "Date Read", dan "Comments". Di samping itu, juga ada halaman-halaman "Books to Read", "Books Borrowed", "Books Loaned", "Bookstores", dan "Libraries". Pokoknya, catatlah segala sesuatu mengenai buku-buku yang pernah dan akan kamu baca, buku-buku yang dipinjam dan dipinjamkan, serta toko-toko buku dan perpustakaan.

Sudah gitu,--dan ini yang membuat buku ini spesial--, buku ini dihiasi dengan gambar-gambar dan foto-foto serta sedikit uraian tentang berbagai hal yang berkaitan dengan buku. Tentang sejarah pembuatan kertas di Asia yang sudah berusia 2000 tahun; tentang buku pertama yang dicetak--Latin Bible dengan lebih dari 200 halaman-- di Mainz, Jerman tahun 1455 oleh Johannes Gutenberg; buku berbahasa Inggris yang dicetak pertama kali di Amerika Utara--The Whole Booke of Psalmes-- di tahun 1640; tentang Giambattista Bodoni (1740-1813) yang merancang lebih dari 300 typefaces; tentang perpustakaan, toko buku, dan penerbitan; dan lain-lain.

Buku "A Book Lover's Journal" dicetak di atas kertas ...(?), kertas yang warnanya agak krem, dihiasi border di atasnya. Buku ini digagas oleh Ann Dilworth dan Robert Lavelle. Robert Lavelle dan Christopher Carduff menseleksi artwork-nya dan Carduff menulis uraiannya.

Buku yang bagus, yang akhirnya jadi sayang untuk diisi coretan jurnal. Tapi dengan adanya buku ini, saya jadi terilhami untuk menjurnalkan buku-buku yang sudah dibaca. Hanya beberapa buku si yang tercatat, di sebuah buku khusus. Saya tidak begitu beruntung, jaman sekolah dulu tidak pernah ada tugas meresensi buku. Tidak seperti di sekolah adik-adik saya.

Saya juga pernah melihat wawancara Pepeng dengan Amien Rais dan Istri di acara "Warna-Warni" di RCTI, hari Selasa 14 Maret 2000 (ada catatannya, pas tidak masuk kantor pasti). Di situ Amien Rais bercerita bahwa Ibu-nya mendaftarkan Amien menjadi anggota perpustakaan. Setelah membaca suatu buku lalu dicatat. Kebiasaan ini membuka kegemaran untuk membaca. Cerita Amien Rais inilah yang semakin mendorong saya untuk mencatat buku-buku yang sudah dibaca.

O ya, di blog Yang Melintas, saya juga pernah mem-posting tentang beberapa buku yang pernah dibaca. Dan rasanya memang lebih enak mengetik jurnal di blog daripada menuliskannya di buku. Pegel euy tulis tangan. Hasilnya juga jauh lebih rapi di blog.

Jadi, apapun bukunya, apapun latar belakang membacanya--karena terpaksa (butuh ilmunya), iseng, cari hiburan, atau pas nemu--, blog ini adalah dokumentasi dari (sebagian) buku-buku yang pernah mampir ke tangan saya untuk dibaca. Mudah-mudahan Allah senantiasa menambah ilmu dan pengetahuan kita.

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al 'Alaq [Segumpal Darah]: 1-5)

Recent Post